Minggu, 03 Maret 2013

contoh teks/naskah pidato

Pentingnya Komunikasi dalam Kehidupan
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita
semua.
Hadirin yang terhormat, pada
kesempatan kali ini perkenankanlah saya
menyampaikan sedikit uraian tentang
“Pentingnya Komunikasi dalam Kehidupan”.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
hampir 70% waktu kita digunakan untuk
berkomunikasi. Itu berarti, aktivitas kita
mulai bangun tidur bahkan sampai tidur lagi,
tidak pernah lepas dari berkomunikasi.
Dengan kata lain, kualitas (mutu) hidup kita
banyak ditentukan oleh bagaimana kita
berkomunikasi. Bagaimana komunikasi kita
dengan diri kita, sesama manusia (termasuk
istri/suami, anak, mertua, tetangga, dan
sebagainya), dan kepada Tuhan.
Hadirin yang terhormat, masalah
komunikasi yang pertama banyak ditentukan
oleh kesadaran dan kemauan kita untuk selalu
instrospeksi atau mawas diri. Apakah hari ini
kita sudah berusaha meningkatkan kualitas
diri kita dari hari kemarin? Termasuk dalam
hal komunikasi. Masalah kedua banyak
ditentukan oleh kesadaran dan kemauan kita
untuk selalu ingat dengan Tuhan, baik dalam
keadaan duduk, berdiri, dan berbaring.
Dengan mengingat Tuhan, hati akan menjadi
tenang. Masalah ketiga banyak ditentukan
oleh bagaimana kita menggunakan mulut
kita. Alhasil, urusan mulut banyak memberikan
andil dalam perjalanan kita menempuh
kehidupan. Pertama, bagaimana kita
menangkap komunikasi orang lain. Kedua,
bagaimana kita mengomunikasikan apa yang
ingin kita nyatakan, rasakan, maupun yang
tidak kita inginkan.
Pertengkaran, biasanya diawali oleh
sebuah proses komunikasi yang gagal. Saling
menyalahkan bukan lagi milik mereka yang
sudah dewasa. Mereka yang belum dewasa
pun sering melakukan hal yang serupa.
Mereka mudah menyalahkan jika temannya
melakukan sesuatu secara kurang pas menurut
ukurannya (meskipun secara objektif apa yang
dilakukan tidak salah). Mereka yang
bertengkar mungkin puas, dapat saling lempar
tuduhan dan kesalahan. Apabila hal ini
dilakukan oleh mereka yang menganggap
dirinya telah dewasa, maka sesungguhnya
mereka tidak lebih dari anak-anak yang sering
bertengkar dengan teman bermainnya.
Munculnya persepsi yang keliru dapat
memicu terjadinya pertengkaran. Persepsi
semacam itu disebabkan beberapa faktor,
antara lain: (1) kebiasaan buruk dalam
keluarga yang sering membicarakan keburukan
orang lain, (2) salah persepsi yang tidak
diluruskan, dan (3) pola saling menyalahkan
yang tetap dipertahankan.
Hadirin yang terhormat, demikianlah
uraian singkat yang dapat saya sampaikan,
mudah-mudahan dari uraian yang serba
singkat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kurang lebihnya saya mohon maaf.
Selamat pagi.


sumber terkait


Related Articles:

Posting Komentar